Menjelang waktu shalat zuhur, santri turun dari balai pengajian sekaligus tempat pemondokan mereka untuk berwudhuk namuan wajah mereka tetap tertutup, kemudian melaksanakan shalat zuhur secara berjamaah. “Menutup wajah dan dilarang berbicara merupakan adab suluk,” ujar seorang pengasuh.
Suluk merupakan rutinitas para santri di dayah, setiap datang bulan suci ramadhan guna mengharap ridha Allah. Di Aceh sendiri ibadah tersebut telah menjadi tradisi turun menurun khususnya di dayah salafi.
Jika sebagian santri pada bulan puasa, mereka melaksanakan ibadah puasa di gampong masing-masing, namun ada juga santri yang melaksanakan ibadah puasa di pondok pasantren sekaligus melaksanakan ibadah tambahan berupa suluk.
Pimpinanan Dayah MUDI, Tgk Sudirman kepada Serambi, Kamis (4/8) mengatakan, orang yang sedang suluk dilarang berbicara dengan orang lain serta menutup wajahnya jika keluar dari pondok tempat tinggal mereka, selama melaksanakan suluk. “Ini berlangsung 24 jam selama 40 hari,” ujarnya.
Dalam suluk para santri melaksanakan amalan seperti tarikad, samadiah dan tahlel, yang diharapkan hanya ridha Allah Swt. Makanan untuk para santri yang sedang suluk selain diantar oleh orang tua masing-masing, juga sedekah dari para tetangga dilingkungan dayah yang sudah dijadwalkan secara bergiliran.
Selain suluk, di dayah Mudi juga di laksanakan pengajian untuk majelis taklim yang berasal dari warga sekitar Kecamatan Manyak Payed, di luar ramadhan jadwal majelis taklim ini pada hari Sabtu usai salat zuhur. Namun pada Ramadhan jadwalnya berubah setupa pagi minggu.
Sumber : Serambi Online
0 komentar:
Posting Komentar