SUNGGUH ironi memang, telah terjadi peristiwa mencengangkan yakni aksi pemurtadan di Aceh yang bergelar Serambi Mekkah, dan justru di Meulaboh Aceh Barat yang selama ini populer dengan sebutan Negeri Tauhid Tasawuf. Seperti percaya tidak percaya dengan apa yang terjadi di Aceh Barat, namun sebagaimana diberitakan Serambi (23/7), aksi pemurtadan itu memang benar adanya. Ketika Pemerintah Aceh umumnya, dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat khususnya sedang giat-giatnya melaksanakan pemberlakuan Syariat Islam dengan melakukan pemberantasan maksiat, justru kita dikejutkan dengan berita pemurtadan secara terencana. Dan, bila ini tidak segera mendapat tanggapan dari pihak berkompeten, baik itu pemerintah maupun Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), maka bukan mustahil upaya pemurtadan akan terus merambah ke pelosok pedesaan.
Sebagai warga Aceh Barat, kita salut dan gembira dengan kebijakan Bupati Ramli MS yang dengan tegas memberlakukan rok (pakaian muslimah) bagi kaum perempuan terutama pegawai negeri. Ketika kebijakan Bupati Ramli tengah dimaksimalkan dengan menurunkan petugas Wilayatul Hisbah (WH) untuk melakukan razia terhadap kaum perempuan yang menggunakan pakaian ketat, justru muncul aksi pemurtadan. Jika pascamusibah gempa bumi dan tsunami melanda bumi Serambi Mekkah, berkembang isu pemurtadan secara diam-diam yang dilakukan para NGO luar negeri sambil memberikan bantuan kepada masyarakat terkena bencana. Saat ini, meski NGO luar sudah jarang kelihatan, namun bila disimak justru pemurtadan dilakukan secara sangat berencana.
Ratusan kaset lagu-lagu pujian yang disita polisi membuktikan bahwa rencana pemurtadan telah dilakukan secara matang. Malah yang lebih mengkhawatirkan, terlibatnya guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kalau ini tidak segera diakhiri, akan sangat sulit nantinya untuk memberikan pengetahuan tauhid karena anak usia dini telah dibekali dengan berbagai ilmu bukan ajaran Islam. Ernawita alias Nonong, warga Suak Seumaseh Kabupaten Aceh Barat serta rekannya berinisial N, warga asal Sumatera Utara yang berprofesi guru PAUD bukan mustahil akan mengajarkan kepada anak didiknya berupa fundamen agama bukan Islam. Ernawita alias Nonong yang juga mengaku telah membaptis Juwita, warga Suak Geudeubang pada 7 Juni 2010 di Pantai Lhok Bubon Samatiga harus diminta keterangan secara detail dengan harapan dapat mengungkap secara sunggug-sungguh aksi pemurtadan di Aceh Barat. Ini merupakan pekerjaan rumah cukup berat bagi pemerintah dan MPU kabupaten.
Meski Nonong tidak lagi seorang muslimah, namun dari pengakuan kepada petugas, ia tetap menggunakan jilbab serta shalat berjemaah dengan tujuan agar tidak diketahui oleh masyarakat. Namun, sepandai-pandai ia menyembunyikan kebusukan, suatu saat juga akan diketahui. Setidaknya, sejumlah perempuan Aceh Barat yakni Nonong, Juwita, dan Cut Susinilawati telah terbukti korban dari aksi pemurtadan. Terlepas apakah yang dilakukan Nonong cs itu di luar kesadaran atau bukan, yang jelas aparat WH dan penegak hukum lainnya dituntut untuk mengungkap secara jelas aksi pemurtadan. Bila pengungkapan ini tidak jelas, maka program pelaksanaan syariat Islam serta instruksi berbusana muslimah kepada kaum perempuan di Negeri Tauhid Tasawuf akan sia-sia. Sebab, bukan mustahil ada pihak yang mengatakan, untuk apa dipaksakan penggunaan busana muslimah kalau aksi pemurtadan saja tak berhasil diungkapkan secara jelas.
Instansi terkait di Aceh Barat serta orang tua pun dituntut untuk lebih peka terhadap pendidikan anak di sejumlah lembaga pendidikan. Terungkapnya aksi pemurtadan oleh guru PAUD di Negeri tauhid Tasawuf merupakan peringatan awal kepada instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Syariat Islam, Kementrian Agama serta pihak-pihak terkait lainnya. Orang tua murid pun, dengan banyaknya lembaga pendidikan, harus lebih hati-hati memilih tempat anaknya belajar. Bila tidak, anak-anak kita akan lebih mudah diberikan ilmu yang berkaitan dengan pendangkalan akidah. Selain mempercayakan lembaga pendidikan untuk mendidik anak, para orang tua pun berkewajiban untuk memberikan ilmu tauhid kepada anaknya.
Terungkapnya pemurtadan berencana yang dilakukan pihak tertentu telah mencoreng wajah negeri Tauhid Tasawuf. Karena itu, berbagai pihak mengharapkan sesegera mungkin dapat mengungkap apa motif sehingga sejumlah muslim dan muslimah Aceh Barat rela murtad serta berpaling dari Islam. Selama beberapa warga yang mengaku telah dibaptis terus diminta keterangan, mudah-mudahan faktor apa yang menyebabkan mereka murtad akan segera diketahui. Andaikata faktor penyebab murtad sejumlah warga Aceh Barat diketahui, apakah faktor ekonomi atau berbagai faktor lainnya, maka akan lebih mudah mengantisipasi aksi pemurtadan.
Selain itu, harus diketahui persis siapa dalang dari aksi pemurtadan yang terjadi di bumi Tauhid Tasawuf Aceh Barat khususnya, serta di Aceh umumnya. Bila ini dapat segera terungkap, MPU wajib memberikan fatwa tentang apa tindakan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan generasi Islam dari aksi pemurtadan. Selain itu kita juga tetap berdoa semoga Allah swt menyelamatkan Islam di Bumi Serambi Mekkah. Insya Allah.
Penulis :Sofyan S. Sawang (mantan anggota DPR Aceh)
Sabtu, 24 Juli 2010
Pemurtadan di Negeri Tasawuf
Diposting oleh
DPC Perhimpunan Al-Irsyad Aceh Tamiang |
di
19.26
Sabtu, 24 Juli 2010
Label: misionaris, opini, pemurtadan
Label: misionaris, opini, pemurtadan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar