Korban pemurtadan dan pendangkalan aqidah Cut Susinilawati (18) memperlihatkan barang bukti kitab Zabur dan buku bacaan doa yang diduga disebarkan oleh misionaris untuk memurtadkan warga muslim di wilayah itu.Foto direkam Jumat (23/7).
Aksi para misionaris dalam upaya pemurtadan dan pembelokan akidah dengan sasaran penduduk muslim di Aceh Barat, diduga semakin memperluas jaringannya. Buktinya, jumlah warga yang pindah agama terus bertambah dan pihak misionaris sendiri, kini dilaporkan juga aktif merekrut warga yang berdomisili di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Jaya. Aksi pemurtadan dan pendangkalan akidah bagi warga muslim di Aceh Barat, kini mulai menunjukkan titik terang. Para misionaris yang telah berhasil mempengaruhi warga muslim di beberapa desa di wilayah itu, menargetkan Kabupaten Aceh Barat khususnya di Desa Suak Seumaseh, Kecamatan Samatiga, sebagai lokasi pembaptisan dan akan menjadikan daerah tersebut sebagai pusat pengembangan agama nonmuslim di kawasan pantai barat selatan Aceh.
“Warga muslim yang kini telah berpindah agama tanpa sengaja, yang dilakukan oleh misionaris tersebut, jumlahnya kita perkirakan semakin banyak. Bahkan, selain telah merekrut anggota di Aceh Barat, kelompok itu disinyalir juga telah merekrut warga dari Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Jaya,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Kasatpol PP dan WH) Aceh Barat, H Teuku Ahmad Dadek SH, melalui Kasi PKD dan Syariat Islam, Fadlian Syahputra SSTP MSi kepada Serambi, Jumat (23/7). Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pihaknya kepada ketiga korban pemurtadan dan pendangkalan aqidah masing-masing Ernawita alias Nonong Binti Bustaman, Juwita Binti Karman, serta Cut Susinilawati, misionaris yang selama ini bekerja di wilayah itu, memang sengaja melakukan pendangkalan akidah bagi umat Islam, dengan mengatakan bahwa Nabi Isa akan mengampuni dosa-dosa manusia serta tak boleh percaya kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak hanya itu, katanya, para misionaris yang melakukan pemurtadan tersebut memang sengaja melakukan pendangkalan aqidah untuk mempercayakan agama yang dianutnya tersebut, untuk menjerumuskan ketiga korban dalam agama mereka, serta turut diberikan buku-buku doa agama dimaksud sekaligus kitab Zabur maupun Injil. Supaya aksi yang dijalankan itu tak diketahui masyarakat banyak, para misionaris yang kini sedang dilacak keberadaannya itu turut berpesan bahwa apabila mereka membocorkan rahasia bahwa mereka telah dipindahkan agamanya kepada warga lain, maka para kaum perempuan itu kondisinya dalam bahaya. “Kesimpulan sementara, ketiga warga Kecamatan Samatiga ini merupakan korban pendangkalan aqidah dan bukan pelaku pemurtadan, mereka hanyalah korban misionaris yang berupaya menjerumuskan kepada agama non muslim seperti yang selama ini dianut para warga yang berasal dari luar Aceh tersebut,” terang Fadlian.
Memang Disengaja
Di sisi lain, ujar Fadlian, para misionaris yang menjalankan aksinya itu memang sengaja memurtadkan ketiga kaum perempuan tersebut dari agama Islam menjadi agama non muslim. Karena ketiga warga yang kini diamankan pihaknya, kurang mendapatkan pembekalan ilmu agama Islam sehingga sangat mudah dipengaruhi. Apalagi ketiganya sama-sama memiliki masalah dan beban hidup yang berat dan tak mampu ditanggung sendiri. Melihat situasi seperti itu, para misionaris yang selama ini telah menjalankan misinya yang tersembunyi itu, langsung memanfaatkan momen tersebut untuk menjalankan aksinya dengan berbagaimacam cara. Apalagi ketiga korban tak begitu paham ajaran agama Islam dan malah dijanjikan oleh misionaris bahwa jika mereka mempercayai Nabi Isa AS, maka hidup mereka akan kembali tenteram termasuk mendapatkan penghapusan dosa dari masa lampau hingga ke masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ketiga korban, tambah Fadlian Syahputra, pelaku utama yang membaptis ketiga warga Kecamatan Samatiga tersebut bukanlah para warga Aceh Barat seperti yang saat ini mereka amankan, melainkan otak rencana tersebut merupakan ketiga teman mereka yang merupakan misionaris. “Ernawita dan Juwita hanya diminta tolong untuk memandikan temannya itu untuk percaya kepada Nabi Isa, sedangkan doa-doa tertentu hanya dibacakan oleh ketiga warga nonmuslim tersebut yang dilakukan di dua lokasi terpisah, masing-masing di kawasan Pantai Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga serta kawasan Pantai Ujong Kareung, Kota Meulaboh,” kata Fadlian mengutip pengakuan para korban pemurtadan itu.
“Jadi sangat jelas, bahwa ketiga perempuan yang kita amankan ini bukan pelaku pemurtadan, melainkan mereka hanya korban dari perbuatan misionaris. Apalagi ketiganya hingga kini tak tahu bagaimana cara beribadah dalam agama nonmuslim tersebut,” imbuhnya. Guna menutupi kedoknya, para misionaris itu tetap memperbolehkan ketiga korban untuk melaksanakan ibadah seperti yang selama ini dilaksanakan oleh umat Islam seperti menunaikan shalat lima waktu, serta memakai busana muslim. Namun untuk kepercayaan dalam hidup, mereka hanya diminta untuk pecaya kepada Nabi Isa dan tak boleh percaya kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. “Ini baru sebagian fakta yang terungkap,” pungkas Kasi PKD dan Syariat Islam Satpol PP dan WH Aceh Barat itu. (edi)
Sumber : Serambi Indonesia, 24 Juli 2010.
Sabtu, 24 Juli 2010
Misionaris Perluas Jaringan, Jumlah Warga Muslim yang Pindah Agama Bertambah
Diposting oleh
DPC Perhimpunan Al-Irsyad Aceh Tamiang |
di
19.18
Sabtu, 24 Juli 2010
Label: Berita, misionaris, pemurtadan
Label: Berita, misionaris, pemurtadan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar