Oleh : Jarjani Usman
“Janganlah engkau memandang kecilnya dosa, tetapi pandanglah pada Zat yang agung yang engkau maksiati” (Bilal bin Sa’d rahimahullah).
Maksiat memang kerap menghiasi hari-hari manusia di muka bumi ini. Sebahagian orang berusaha mengekang dari melakukannya dan bahkan mencegahnya. Sebahagian yang lain bahkan bukan hanya berbuat maksiat kepada dirinya, tetapi juga kepada orang lain. Namun yang perlu diingat, baik berbuat maskiat kepada diri sendiri maupun kepada orang orang lain bukan tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Bahkan hubungannya erat dan tak bisa dipisahkan.
Menghargai diri sendiri dan orang lain dengan tidak berbuat maksiat sama artinya menghargai ciptaan Allah. Sebab, tidak ada yang menciptakan manusia, baik diri kita sendiri maupun orang lain, kecuali Allah semata. Makanya bagi orang-orang beriman, akan senantiasa menghindari diri dari melakukan maksiat, sebagai bentuk penghargaannya yang tinggi terhadap ciptaan Allah.
Dengan demikian, yang suka berbuat maksiat termasuk orang-orang yang tidak menghargai ciptaan Allah. Makanya wajar bila orang-orang seperti itu tidak diterima shalatnya. Sabda Nabi s.a.w. di antara sepuluh macam orang yang shalatnya tidak diterima Allah ialah orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Selanjutnya Hasan r.a. mengatakan bahwa siapapun yang shalatnya tidak menahannya dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka ia dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti, shalatnya akan dilempar semua ke mukanya.
0 komentar:
Posting Komentar